Majas dalam puisi

Puisi adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya.

MAJAS
Majas (figurative language) adalah bahasa kias, bahasa yang dipergunakan untuk menciptakan efek tertentu. Majas merupakan bentuk retoris, yang penggunaannya antara lain untuk menimbulkan kesan imajinatif bagi penyimak atau pembacanya. Secara garis besar, majas-majas tersebut terbagi dalam majas perbandingan, pertentangan, pertautan, dan perulangan

Majas Perbandingan
a. Asosiasi (simile) adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berbeda, tetapi sengaja dianggap sama. Majas ini ditandai oleh penggunaan kata bagai, bagaikan, seumpama, seperti.
Contoh : Semangatnya keras bagaikan baja.
Wajahnya bagai bulan purnama

b. Metafora adalah majas perbandingan yang diungkapkan secara singkat dan padat.
Contoh : dia dianggap anak emas majikannya.
Perpustakaan adalah gudang ilmu.

c. Personifikasi adalah majas yang membandingkan benda-benda tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat seperti manusia.
Contoh : Badai mengamuk dan merobohkan rumah penduduk.
Daun kelapa melambai-lambai di tepi pantai.

d. Alegori adalah cerita kiasan atau lukisan yang mengiaskan hal lain atau kejadian lain.
Contoh : Puisi “Diponegoro” karya Sanusi Pane.

Majas Pertentangan
a. hiperbola adalah majas yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan dengan maksud untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan daya pengaruh.
Contoh : Saya terkejut setengah mati mendengar perkataannya.
Tubuhnya kurus kering setelah ditinggalkan oleh ayahnya.

b. Litotes adalah majas yang ditujukan untuk mrngurangi atau mengecil-ngecilkan kenyataan sebenarnya. Tujuannya antara lain untuk merendahkan diri.
Contoh : Kami berharap Anda menerima pemberian yang tidak berharga ini.
Gajiku tak seberapa, hanya cukup untuk makan anak dan istri.

c. Ironi adalah majas yang menyatakan makna yang bertentangan dengan maksud untuk menyindir atau memperolok-olok.
Contoh : Bagus sekali rapormu, Andi, banyak angka merahnya.
Rajin sekali kamu, lima hari kamu tidak masuk sekolah.

d. Sinisme adalah majas yang menyatakan sindiran secara langsung dan agak kasar.
Contoh : Perkataanmu tadi sangan menyebalkan. Kata-kat itu tidak pantas disampaikan orang terpelajar seperti kamu!
Bisa-bisa aku jadi gila melihat kelakuanmu itu!

e. Sarkasme adalah sindiran kasar berupa ungkapan kasar yang dapat menyakitkan hati orang.
Contoh : Tidurnya saja sehari-hari seperti babi.
Kamu ini benar-benar goblok, bebal, otaku udang.

Majas Pertautan
a. Metonomia adalah majas yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan nama orang, barang, atau hal lainnya sebagai penggantinya. Kita dapat menyebut penciptanya atau pembuatnya jika yang kita maksudkan adalah ciptaan atau buatannya. Bisa pula kita menyebut bahan dari barang yang dimaksud.
Contoh : Ayah baru saja membeli zebra, padahal saya ingin Kijang.
Coba buka H.B.Jassin halaman 23..

b. Sinekdok Pars Pro Toto adalah majas yang menyebutkan nama bagian sebagai pengganti nama keseluruhannya.
Contoh : Setiap kepala dikenakan biaya.
Dia membeli dua ekor ayam

c. Sinekdok Totem Pro Parte adalah menyebutkan keseluruhan untuk pengganti sebagian saja.
Contoh : Semoga Indonesia menjadi juara Thomas Cup
Desa itu diserang muntaber.

d. Alusio adalah majas yang menunjuk secara tidak langsung pada sustutokoh atau peristiwa yang sudah diketahui bersama.
Contoh : Banyak korban berjatuhan akibat kekejaman Nazi
Apakah setiap guru harus bernasib seperti Umar Bakri?

e. Elipsis adalah majas yang di dalamnya terdapat penghilangan kata atau bagian kalimat.
Contoh : Dia dan ibunya ke Tasikmalaya (penghilangan predikat pergi)
Lari! (penghilangan subjek kamu)

f. Inversi adalah majas yang dinyatakan oleh pengubahan susunan kalimat.
Contoh : Paman saya wartawan = Wartawan, paman saya.
Dia datang = Datang dia

Majas Penegasan/Perulangan
a. Pleonasme adalah majas yang menggunakan kata-kata secara berlebihan dengan maksud untuk menegaskan arti suatu kata.
Contoh : Mereka turun ke bawah untuk melihat keadaan barang-barangnya yang jatuh.
Dukun itu menengadah ke atas sambil menengadahkan tangannya.
Aku menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri.

b. Klimaks adalah majas yang menyatakan beberapa hal berturut-turut yang makin lama makin menghebat.
Contoh : Semua jenis kendaraan, mulai dari sepeda, motor, sampai mobil bejejer di halaman.
Baik itu RT, Kepala Desa, Camat, Bupati, Gubernur, maupun Presiden memiliki kedudukan sama di mata Tuhan.

c. Antiklimaks adalah majas yang menyatakan beberapa hal berturut-turut yang makin lama makin menurun (melemah)
Contoh : Bapak Kepala Sekolah, Para guru, dan murid-murid, sudah hadir di lapangan upacara.
Gedung-gedung, rumah-rumah, dan gubuk-gubuk, semuanya mengibarkan Sang Saka Merah Putih.

d. Retoris adalah majas yang berupa kalimat Tanya yang jawabannya itu sudah diketahui oleh penanya. Tujuannya untuk memberikan penegasan pada masalah yang diuraikannya, untuk meyakinkan, ataupun sebagai sindiran.
Contoh : Siapa yang tidah ingin hidup bahagia?
Apa ini hasil dari pekerjaanmu selama bertahun-tahun?

e. Aliterasi adalah majas yang memanfaatkan kata-kata yang bunyi awalnya sama.
Contoh : Dara damba daku, datang dari danau.
Inilah indahnya impian, insan ingat ingkar.

f. Antanaklasis adalah majas yang mengandung ulangan kata yang sama, dengan makna yang berbeda.
Contoh : Karena buah penanya yang controversial, dia menjadi buah bibir masyarakat.
Kita harus saling menggantungkan diri satu sama lain. Jika tidak, kita telah menggantung diri.

g. Repetisi adalah majas perulangan kata-kata sebagai penegasan dalam kalimat yang berbeda.
Contoh : Terlalu banyak penderitaan menimpa dirinya. Terlalu banyak masalah yang dihadapinya. Terlalu banyak.

h. Tautologi adalah majas perulangan kata-kata sebagai penegasan dalam sebuah kalimat.
Contoh : Selamat datang pahlawanku, selamat datang pujaanku, selamat datang bunga bangsaku.

i. Paralelisme adalah majas perulangan sebagaimana halnya repetisi, hanya disusun dalam baris yang berbeda. Biasanya terdapat dalam puisi.
Contoh : Sunyi itu duka
Sunyi itu kudus
Sunyi itu lupa
Sunyi itu mampus

j. Kiasmus adalah majas yang berisi perulangan dan sekaligus menganduk inverse.
Contoh : Yang kaya merasa dirinya miskin, sedangkan yang miskin merasa dirinya kaya.
Dalam kehidupan ini banyak orang intar yang mengaku bodoh, dan orang bodoh banyak yang merada dirinya pintar.

Minggu, 14 Februari 2010

pikiran

semuanya berawal dari pikiran
sakit, senang, susah, jenuh
jika memilih berpikir sakit maka akan sakit
jika memilih berpikir senang maka akan senang
dan begitu seterusnya

Kita menilai diri dari yang kita pikir bisa kita lakukan, padahal orang lain menilai kita dari yang sudah kita lakukan. Bila kita berpikir bisa, segeralah lakukan.

Takut itu manusiawi, setiap orang pernah mengalami ketakutan. Hanya orang takut yang bisa berani, karena keberanian adalah melakukan sesuatu yang ditakutinya. Maka, bila merasa takut, berarti kita punya kesempatan untuk bersikap berani

2 komentar:

  1. setuju...
    punya kesempatan untuk bersikap berani
    tergantung kita, mau menggunakan kesempatan itu apa gak.

    BalasHapus
  2. aku setuju juga deh...jadi ingat sebuah buku bagus "Berpikir dan Berjiwa Besar" (bukan promosi lho...hehehe...)

    BalasHapus